Kisah Mahabharata telah diceritakan berulang kali, namun jarang yang mengeksplorasi sudut pandang perempuan dengan mendalam. Film Drupadi karya sutradara Riri Riza hadir membawa angin segar, mengangkat tokoh Drupadi—seorang perempuan tangguh yang menjadi korban permainan kekuasaan laki-laki. Dalam adaptasi kontemporer ini, Drupadi tidak sekadar korban, melainkan simbol perlawanan terhadap ketidakadilan yang mengakar dalam sistem patriarki.
Drupadi: Korban yang Menjadi Pejuang
Dalam Mahabharata, Drupadi dikenal sebagai istri Pandawa yang dipertaruhkan dalam permainan dadu oleh Yudistira, suaminya sendiri. Ia menjadi objek yang diperdagangkan, dilecehkan, dan direndahkan martabatnya. Namun, film ini tidak berhenti pada narasi penderitaan. Riri Riza membawa penonton menyelami pergolakan batin Drupadi, bagaimana ia mempertanyakan sistem yang membungkam suara perempuan. Adegan penghinaan di depan istana menjadi klimaks yang menggugah, di mana Drupadi berani menantang otoritas laki-laki dengan pertanyaan tajam: “Apakah seorang yang sudah kehilangan dirinya sendiri masih memiliki hak untuk mempertaruhkan orang lain?”
Pendekatan kontemporer dalam film ini membuat kisah klasik tersebut terasa relevan dengan isu-isu kesetaraan gender hari ini. Drupadi tidak lagi digambarkan sebagai sosok pasrah, melainkan perempuan yang berani melawan, meski konsekuensinya berat.
Sinematografi yang Menghidupkan Narasi
Riri Riza dikenal dengan gaya penyutradaraan yang kuat dalam menampilkan karakter-karakter kompleks. Dalam Film Drupadi, ia menggunakan visual yang simbolis untuk memperkuat pesan cerita. Adegan-adegan seperti rambut Drupadi yang terurai saat penghinaan berlangsung, atau sorot mata penuh amarah ketika ia mempertanyakan keadilan, menjadi momen-momen sinematik yang berkesan.
Penggunaan warna dan pencahayaan juga turut mendukung suasana. Istana yang megah tetapi terasa dingin menggambarkan kekuasaan yang opresif, sementara adegan-adegan intim Drupadi dengan para Pandawa menunjukkan dinamika hubungan yang tidak setara. Musik pengiring yang bernuansa tradisional namun disisipi elemen modern turut memperkaya pengalaman menonton.
Relevansi dengan Isu Kekinian
Meski berlatar kisah kuno, konflik yang diangkat dalam Film Drupadi sangat relevan dengan realitas hari ini. Persoalan objektifikasi perempuan, kekerasan dalam rumah tangga, dan dominasi laki-laki dalam pengambilan keputusan masih terjadi di berbagai belahan dunia. Drupadi menjadi cermin bagi banyak perempuan yang terjebak dalam sistem patriarki namun berjuang untuk didengar.
Film ini juga mengajak penonton berefleksi: Sejauh mana budaya kita masih meminggirkan perempuan? Bagaimana suara perempuan sering diabaikan dalam narasi-narasi besar? Dengan pendekatan yang humanis, Riri Riza tidak hanya menyajikan kisah heroik, tetapi juga mengkritik struktur sosial yang menindas.
Sebuah Mahakarya yang Patut Ditonton
Film Drupadi bukan sekadar adaptasi dari epos Mahabharata, melainkan pembacaan ulang yang memberdayakan. Ia mengembalikan agensi pada tokoh perempuan yang selama ini hanya dilihat sebagai korban. Bagi penikmat sinema, film ini menawarkan kedalaman narasi, visual yang memukau, dan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang menggugah.
Bagi mereka yang tertarik dengan kisah-kisah feminis, sejarah klasik, atau sekadar menikmati film berkualitas, Drupadi layak menjadi pilihan. Film ini membuktikan bahwa cerita-cerita kuno tetap bisa berbicara kuat di zaman modern, selama ada keberanian untuk melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.